Kamis, 29 Desember 2011

Perbedaan Nyamuk dan Bukan Nyamuk

Ciri-ciri Nyamuk dewasa :
  • Urat Sayap bersisik
  • probosis panjang
  • punya sirip penutup tubuh
  • sisik pada pinggir sayap berubah menjadi jumbai
  • sayap terdiri dari 6 urat sayap
  • urat sayap 2,4 dan 5 bercabang
Ciri-ciri Bukan Nyamuk :
  • urat sayaap tanpa
  • sisik tanpa probosis
  • tanpa sisik penutup tubuh
  • sayap dengan urat bercabang
Pada Larva Nyamuk :
  • Kepala lebih kecil dari bagian dada
  • dada lebih besar dari bagian tubuh lainnya
  • umumnya hidup di permukaan air
  • terdapat spirakel dibagian posterior
Pada Larva Bukan Nyamuk :
  • kepala sama besar dengan dada
  • dada hampir sama besar dengan bagian tubuh lainnya
  • tidak selalu hidup di air
  • tidak terdapat spirakel di posterior
Perbedaan nyamuk jantan dan betina :
  1. betina antena cabangnya lebih tipis dari yang jantan
  2. betina memiliki badan yang lebih besar dari yang jantan
  3. ujung palpus betina lebih lancip dan jantan berbentuk seperti pemukul

Morfologi Kecoa/ Lipas (Ordo-Orthoptera)

Secara umum Kecoa memiliki morfologi sebagai berikut :

  1. tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng)
  2. kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah (chewing).
  3. bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian dalam berbentuk membran.
  4. caput melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga mulut menjol diantara dasar kaki pertama.
  5. biasanya bersayap 2 pasang jenis Blatta Orientialis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen).
  6. kaki disesuaikan untuk berlari
  7. metamorfosis tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus ooteca 6-30 butir telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha menjadi dewasa mengalami molting sebanyak 13 kali,siklus hidup secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup selama 3 tahun.
  8. Kebiasaan hidupnya,kecoa termasuk binatang malam (nocturnal) yang dapat bergerak cepat dan selalu menghindari cahaya. Bersifat omnivora memakan buku,kotoran,tinja dan dahak atau makanan dari kanji.

Jenis-jenis Kecoa :
  • Periplaneta americana : Ukuran tubuhnya antara 30-40 mm,warnanya merah atau kuning kecoklatan.Punya 2 sayap yang depan mirip kulit,lentur dengan venasi yang jelas,sayap belakang seperti selaput menutupi abdomen.antero lateral sayap atas nampak jelas.
  • Blatta orientialis : Ukuran tubuhnya 22-27 mm,warna coklat tua dan hitam,sayap betina tidak menutup abdomen/pendek.
  • Blatta germanica : Ukuran 12-16 mm,warna coklat muda ada dua pita gelap longitudinal coklat gelap pada thorax.
  • Supella supellectillum : Ukuran tubuhnya 13 mm warna coklat muda mirip Blatta germanica tetapi tidak ada garis pada thorax,ada pita kuning atau coklat pada sayap.

Jumat, 23 Desember 2011

Desinfeksi Ruangan

Ruangan umum ialah ruangan yang sering dikunjungi oleh orang dengan berbagai jenis karakteristik, intensitas keseringan ini yang selanjutnya memungkinkan terjadinya dekontaminasi atau mungkin pencemaran mikroba, jamur atau jenis pencemar lainnya yang akan mempengaruhi kesehatan, keadaan ini terjadi melalui media udara yang biasa terjadi di rumah sakit atau beberapa tempat umum lainya yang mengharuskan ada penanganan khusus yaitu dengan melakukan desinfeksi, berikut ini ialah langkah-langkah melakukan desinfeksi di ruangan  :

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. misalnya : Swingfog dengan mikrozid


2. Menutup semua lubang di ruangan dengan koran agar desinfeksi lebih efektif.


3. Memasang stop kontak di ruangan di ruangan terdekat dari yg di fogging ini jika menggunakan swingfog.
4. Mempersiapkan alat di bagian terdalam dari ruangan.
5. Mempersiapkan APD antara lain : masker, sarung tangan, dan sepatu.

6. Menekan tombol ON dan memulai fogging dari ujung ruangan ke atas dan samping kanan-kiri dengan berjalan mundur.
7. Keluar dari ruangaan jika fogging sudah merata kemudian menutup pintu ruangan yang di fogging.
8. Menempelkan pemberitahuan bahwa ruangan sedang di desinfeksi.

9. Menunggu selama dua jam baru ruangan bisa digunakan kembali.









Rabu, 21 Desember 2011

Pemberdayaan Yang Tak Terlupakan


Tugas seorang Sanitarian semakin nyata ketika bergelut diantara masyarakat bergaul dan bercengkrama bersama dalam sebuah kegiatan penyuluhan. Mahasiswa selain memperoleh pengetahuan dan pengalaman juga mendapat kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya untuk lingkungan.

Ada setangkup haru dan semangat untuk melakukan perubahan ketika kami menemui masalah dikala itu. PKL kami di Puskesmas Mantrijeron di Kelurahan Gedongkiwo yang menjadi sasaran pemberdayaan kami tak akan mudah terlupakan pengalaman pertama ini dimana kami bertemu dengan masyarakat yang ketika itu sedang mengalami wabah demam berdarah (DB) khususnya di Dusun Dukuh yang juga menjadi wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron.

Wilayahnya yang luas namun terasa menyenangkan ketika berbincang dengan masyarakat yang bersahabat, tidak kalah menariknya saya juga bisa bertemu dengan sahabat lama bapak yang sudah lama tidak bertemu. he he...dan betapa menyenangkannya lagi ketika kami melakukan perijinan di rumah Bapak RT 73 Pak Agus dan keluarga menyambut dengan sangat Antusias. (ini foto bapak ketua RT 73 kita)


Pada bulan Oktober 2011 kami mulai melakukan pemberdayaan di Wilayah Dukuh khususnya sasaran kami adalah empat RT yaitu RT 70, 71, 72, dan 73. Ibu Kader yang penuh semangat mendengarkan penyuluhan kami ketika itu. Materi Demam berdarah sebagai tema disantap habis di tambah dengan perkenalan alat perangkap nyamuk sederhana yang kami lakukan pada saat itu. Benar-benar sangat dirindukan.

Pemberdayaan masyarakat kami berakhir hingga pada kegiatan desiminasi ke masyarakat oleh masing-masing kader di RT-nya. Cukup menyenangkan jika pada suatu ketika masyarakat mampu merubah pola hidup mereka menjadi lebih sehat dan selalu menginggat kami dalam setiap perubahan yang terjadi. he he :)

Selasa, 20 Desember 2011

REKAYASA SARANA SANITASI FLY GRILL HIJAU LIPAT

REKAYASA SARANA SANITASI


FLY GRILL HIJAU LIPAT 


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.

1.   Pola Hidup Lalat

Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut (Depkes, 1992):

a. Tempat Perindukan

Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja,sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat disenangi oleh lalat dan larva lalat, sedangkan yang tercecer dipakai tempat berkembang biak lalat.

b. Jarak Terbang

Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan yang tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450.900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.

c. Kebiasaan Makan

Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangan tertarik pada makan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu, dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.

d. Tempat Istirahat

Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makannya atau tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah.

d. Lama Hidup

Pada musim panas, berkisar antara 2 – 4 pekan. Sedangakan pada musim dingin bisa mencapai 20 hari.

e. Temperatur

Lalat mulai terbang pada temperatur 15 oC dan aktifitas optimumnya pada temperatur 21 oC. Pada temperatur di bawah 7,5 oC tidak aktif dan diatas 45 oC terjadi kematian.

f. Kelembaban

Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur setempat.

g. Cahaya     

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.

Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.

Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stbilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat (Suska, 2007). Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap. Namun demikian, lalat juga bertindak sebagai vektor mekanis dari suatu penyakit, umumnya penyakit perut atau gastro enteritis. Lalat, seperti serangga pada umumnya, mempunyai kepekaan (sensitivitas) terhadap berbagai perbedaan panjang gelombang cahaya (warna).

Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.

Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tentang :

a.   Tingkat kepadatan lalat

b.   Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat

c.   Jenis-jenis lalat

Lokasi pengukuran kepadatan lalat adalah yang berdekatan dengan kehidupan/kegiatan manusia karena berhubungan dengan kesehatan manusia, antara lain (Depkes, 1992):

a.   Pemukiman penduduk

b.   Tempat-tempat umum (pasar, terminal, rumah makan, hotel, dan sebagainya)

c.  Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang berdekatan dengan pemukiman

d. Lokasi sekitar  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berdekatan dengan pemukiman

Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan dengan cara mengukur angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat hendaknya dapat dilakukan pada :

a.   Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)

b.   Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.

Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau block grill adalah sebagai berikut :

a. 0 – 2   : Rendah atau tidak menjadi masalah

b. 3 – 5   : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap  tempat-tempat berkembang biakan lalat (tumpukan  sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)

c. 6 – 20  : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat -  tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.

d.  21 keatas  : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat – tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian lalat.

Alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan lalat ialah Fly Grill. Dalam percobaan ini kami memodifikasi fly grill dengan menggunakan warna hijau. Warna hijau merupakan salah satu warna yang disukai oleh lalat. Pada umumnya lalat tertarik pada warna hijau karena warna hijau menyerupai warna buah.

Sehingga untuk memudahkan dalam pengukuran kepadatan lalat bentuk Fly Grill yang kami pilih adalah betuk Fly Grill Lipat sebab lebih efisien dan mudah dalam pengoperasian ketika dilapangan. Bentuk lipat dua dapat menyesuaikan topografi lokasi. Selain itu bentuk Fly Grill yang dapat dilipat dua dapat memudahkan peneliti dalam membawa ke tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya. Bentuk Fly Grill juga membuat peneliti efisien dalam penggunaan waktu karena tidak perlu merangkai Fly Grill terlebih dahulu seperti Fly Grill yang sudah ada di pasaran.



B.TUJUAN

1.Agar mahasiswa mampu melakukan rekayasa sanitasi pada pembuatan alat penghitung kepadatan lalat.

2.Agar alat yang dibuat dapat memudahkan dalam melakukan pengukuran kepadatan lalat.

3.Agar mahasiswa mengetahui alat tersebut berpengaruh terhadap perhitungan kepadatan lalat.


BAB II

PEMBUATAN ALAT
A.    ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan dalam pembuatan alat tersebut adalah sebagai berikut :
Kayu diameter 2 cm, dan panjangnya 80 cm sebanyak 20 buah.
1.    Kayu diameter 2 cm
2.    Paku
3.    Bor
4.    Gergaji
5.    Engsel
6.    Meteran
7.    Penggaris siku
8.    Amplas
9.    Cat kayu

B.    CARA PEMBUATAN
1.    Memotong kayu dengan panjang 90 cm sebanyak 2 buah.
 2.    Setelah itu masing-masing kayu dipotong menjadi 2 bagian.
3.  Kayu yang sudah dipotong dibuat seperti gerigi dengan jarak masing-masing 2 cm.
4.    Kemudian untuk menyambung kayu yang sudah dipotong tadi dipasang baut sebagai engsel.
5.    Memotong kayu dengan diameter 2 cm dan ukuran 80 cm sebanyak 20 buah.
6.    Membersihkan kayu dengan mengamplas kayu yang akan dipakai.
7.    Mengecat semua kayu dengan warna hijau.
8.    Memasang kayu yang berukuran 80 cm ke dalam lubang yang sudah dibuat supaya tidak lepas maka harus dipaku.
9.    Setelah itu fly grill dilipat supaya mudah dalam membawa.


C.   RENCANA UJI FUNGSI
1.    Fly Grill yang dicat berwarna putih dan Fly Grill yang sudah dicat dengan warna hijau dihamparkan secara bersamaan pada titik yang akan diukur.

2.    Dihitung durasi tiap 30 detik ada beberapa lalat yang menempel,kemudian tiap titik diulang 10 kali.
3.    Setelah selesi pengukuran Fly Grill dapat dilipat kembali.
4.    Melakukan perbandingan hasil pengukuran Fly Grill yang dicat berwarna putih dengan Fly Grill yang sudah dicat dengan warna hijau.

D.   SPESIFIKASI ALAT
1.       Bentuk Fly Grill yang dipilih adalah bentuk yang dilipat menjadi 2 bagian.
2.       Fly Grill ini mempunyai spesifikasi ukuran 80 cm x 80 cm
3.       Fly gril ini mempunyai jarak antar sisi kayu kurang lebih  2 cm.
Keuntungan :
1.    Fly Grill yang dibuat akan memudahkan peneliti dalam membawa ke lokasi pengukuran.
2.    Warna Fly Grill yang hijau, merupakan salah satu warna yang disukai oleh lalat.


E.    RENCANA ANGGARAN BIAYA
No
Barang
Satuan
Harga (Rp)
Total (Rp)
1
Kayu diameter 4 cm
2 meter
8000
8000
2
Kayu diameter 2 cm @ 80 cm
20 batang
1000
20000
3
Paku
1 ons
2000
2000
4
Engsel
2 buah
750
1500
5
Cat kayu
1 warna
6000
6000
6
Amplas
1 lembar
1500
1500

Jumlah (Rp)
  39000
  
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
Hari/Tanggal
No
Jenis Pengukuran
Pengukuran
Hasil pengukuran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sabtu, 1 Oktober 2011
1
Kontrol
3
3
4
4
4
4
2
3
3
7
5
2
Titik A
17
17
11
15
13
13
9
9
6
10
15
3
Kontrol
2
1
3
1
1
0
2
1
1
1
2
4
Titik A
3
4
10
7
13
4
9
10
6
9
10
5
Kontrol
6
8
7
4
7
4
4
3
4
7
7
6
Titik A
8
4
6
10
8
4
7
6
9
7
8
Selasa, 4 Oktober 2011
1
Kontrol
13
5
10
13
16
7
7
5
7
9
12
2
Titik A
15
13
19
15
14
15
19
17
17
13
17
3
Kontrol
13
9
7
8
8
11
10
8
10
9
11
4
Titik A
25
20
13
17
20
18
10
16
18
23
21
5
Kontrol
5
5
4
1
4
0
3
1
0
3
4
6
Titik A
15
7
10
9
8
6
3
8
7
13
11
Tabel. 1 Pelaksanaan Uji Fungsi di TPS Terminal Ngabean untuk pemeriksaan pada kontrol untuk Fly grill putih dan Fly Grill lipat hijau.

Perhitungan :
1.    Hasil pengukuran pada Fly Grill Hijau,  Sabtu, 1 Oktober 2011  = 11

2.    Hasil pengukuran pada Fly Grill Hijau,  Selasa, 4 Oktober 2011  = 16

3.  Pengukuran Total Kepadatan lalat Fly Grill Hijau di TPS Ngabean    = 14   

4.    Hasil pengukuran pada Fly Grill Putih,  Sabtu, 1 Oktober 2011 = 5

5.    Hasil pengukuran pada Fly Grill Putih,  Selasa,  4 Oktober 2011  = 9

6.  Pengukuran Total Kepadatan lalat Fly Grill Putih di TPS Ngabean = 7

Pada tabel tersebut dapat dilihat perbedaan yang cukup  signifikan pada kontrol dengan Fly Grill yang kami uji. Terlihat interpretasi lalat tersebut  adalah  Tinggi.

B.    PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran yang sudah dilakukan diperoleh data bahwa pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill yang dicat warna hijau menggunakan bahan baku cat air dimana cat air tersebut lebih menguntungkan daripada menggunakan cat minyak sehingga bau dari bahan cat tersebut tidak mempengaruhi penciuman lalat sehingga lalt lebih tertarik.  Hari pertama yang dilakukan pada hari Sabtu, 1 Oktober 2011 sebanyak 11 ekor. Sedangkan untuk pengukuran hari kedua yang dilakukan pada hari Selasa, 4 Oktober 2011 sebanyak 16 ekor. Dan didapat rata-rata hasil pengukuran di TPS Parkiran Ngabean diperoleh rerata sebanyak 14 ekor.  Berdasarkan intrepretasi kepadatan lalat, angka yang kami peroleh menunjukkan bahwa tingkat kepadatan lalat di TPS Parkiran Ngabean tinggi atau padat. Maka diperlukan upaya  pengamanan tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan kalau perlu dibuat perencanaan upaya pengendalian.
Sedangkan untuk pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill yang dicat warna putih sebagai control didapat hasil bahwa pada hari Sabtu, 1 Oktober 2011 sebanyak  5 ekor. Sedangkan untuk pengukuran hari kedua yang dilakukan pada hari Selasa, 4 oktober 2011 sebanyak 9 ekor. Dan didapat rata- rata hasil pengukuran di TPS Parkiran Ngabean diperoleh rerata sebanyak 7 ekor. Berdasarkan intrepertasi  kepadatan lalat bahwa tingkat kepadatan lalat pada control tinggi atau padat.
Berdasarkan hasil pengukuran kepadatan lalat diketahui  bahwa lalat lebih tertarik pada fly grill hijau dengan bahan cat air daripada fly grill dengan cat putih dapat dilihat dari perbedaan angka kepadatan lalat pada lokasi yang sama dan waktu yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Lalat, seperti serangga pada umumnya, mempunyai kepekaan (sensitivitas) terhadap berbagai perbedaan panjang gelombang cahaya (warna) ( dewi nurjan,2006). Menurut penelitian dari dewi nurjanah fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga bahwa Rata-rata kepadatan lalat, dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut: fly grill warna biru, hitam, merah, putih, hijau, kuning, dan fly grill yang tidak dicat. Itu berarti, warna hijau lebih disukai lalat daripada warna putih.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa warna hijau lebih disukai lalat dari pada warna putih. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Lalat, seperti serangga pada umumnya, mempunyai kepekaan (sensitivitas) terhadap berbagai perbedaan panjang gelombang cahaya (warna).( dewi nurjan,2006)

B.    SARAN
1.    Bagi mahasiswa hendaknya berhati-hati dalam menggunakan alat pengukuran agar tidak mudah rusak.
2.    Bagi Lab Rekayasa sebaiknya dapat menyediakan alat yang cukup dan mampu bekerja secara optimal.
3.    Sebaiknya Fly Grill yang digunakan untuk pengukuran kepadatan lalat diberi cat warna hijau dengan model lipat.
4.    Bagi mahasiswa sebaiknya mampu terus mengembangkan inovasi rekayasa Fly Grill dengan lebih kreatif.
 BAB II
DAFTAR PUSTAKA

Soenardi, marjunadi dan darmono. 1980. Percobaan waktu pemupukan tanaman sereh wangi di Kp. Kalipare. Jurnal pemberitaan Lembaga Penelitian Tanaman industri No. 36. Lembaga penelitian Tanaman Industri. Bogor (dalam jurnal zulfitriany D.M, silvia S, & ahdin Gassa ‘pemanfaatan minyak sereh ( andropogon nardus L) sebagai atraktan berperekat terhadap lalat buah (bactrocea spp.) pada pertanaman mangga. 2004
Kusuma dewi, vira. Http:/majalahserangga.wordpress.com/ modifikasi perangkap lalat buah. 29 september 2011.