Minggu, 23 Februari 2014

Yogyakarta Hujan Abu Vulkanik Lagi

Letusan gunung merapi lalu membuat jogja terselimuti abu, ketika itu masih di masa-masa kuliah. Kira-kira 4 tahun lalu merapi memuntahkan awan panasnya. kali ini jogja diselimuti debu vulkanik Gunung Kelud pada 14 Pebruari 2014 kemarin, Suasana cenderung lebih mencekam sebab langit menjadi kemerahan dan abu yang turun sangat deras. Selain itu beberapa hari tidak turun hujan sehingga abu masih tebal dimana-mana. Berbeda dengan hujan abu Merapi lalu, tidak lama setelah hujan abu, hujan air deras membersihkan abu vulkanik di Jogja.

Pagi 2010 lalu


Pagi, 14 Pebruari 2014


"Tim menganalisis XRF (X-ray flourescence) atau zat kimia yang terkandung pada abu Kelud. Hasilnya diketahui bahwa abu Kelud yang menempel di seluruh permukaan batu candi terdiri dari unsur silika (70,6 persen) persen, aluminium (9 persen), besi (5,7 persen), kalsium (0,7 persen), dan sulfur (0,1 persen)" (kompas, 2014).

Menurut kompas pH kelud ini lebih besar dari merapi sehingga lebih aman untuk lingkungan. Namun, unsur silika yang mencapai 70,6% berbahaya bagi kesehatan karena bisa menyebabkan silikosis. Silikosis adalah suatu penyakit saluran nafas yang terjadi akibat menghirupdebu silika sehingga terjadi peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru, yang tidak bisa disembuhkan namun hanya bisa dicegah.

Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut sesuai dengan ukuran sebagai berikut :
  1. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas,.
  2. Partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah.
  3. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli.
  4. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.


Gejala yang dialamai oleh penderita silikosis: 
  1. Sesak nafas
  2. Demam
  3. kadang-kadang disertai kebiru-biruan pada telinga atau bibir
  4. Mudah lelah
  5. Kehilangan nafsu makan
  6. Nyeri dada

Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal.
Berikut langkah pencegahan yang dapat dilakukan warga:
  1. Kurangi aktivitas di luar ruang karena paparan abu vulkanik bisa menimbulkan keluhan pernapasan, terutama pada orang yang sudah menderita penyakit paru. 
  2. Tutup jendela dan pintu. Hal ini akan mencegah masuknya abu dan gas ke dalam rumah
  3. Gunakan masker untuk mengurangi masuknya debu ke dalam saluran napas
  4. Basahi atau percikan air sebelum membersihkan lingkungan dari debu atau abu vulkanik, untuk menghindari berbagai partikulat yang terbang dan mengakibatkan iritasi
  5. Pakailah kacamata di luar ruangan, atau saat membersihkan debu di dalam ruangan. Kacamata akan mencegah iritasi terjadi pada organ penglihatan.
  6. Menjaga kulit tetap tertutup untuk menghindari iritasi akibat kontak dengan debu 
  7. Tutup semua makanan, air minum maupun air bersih agar tidak terkontaminasi dengan abu vulkanik. Cegah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi abu vulkanik.
  8. Perbanyak konsumsi makanan bergizi terutama dalam kondisi darurat semacam ini untuk menjaga system kekebalan tubuh memerankan fungsinya secara optimal.
  9. Dan tentunya jangan lupa banyak-banyak mengkonsumsi air putih, karena air putih sangat bagus untuk membersihkan paru-paru dan saluran pernapasan dari kotoran dan debu yang kita hirup  (Dinkes Kab.Bantul, 2014). 

Semoga bermanfaat :D. Salam sehat!!

Rabu, 12 Februari 2014

PELEPASAN NYAMUK DI NOGOTIRTO

Januari 2014 lalu saya tertarik pada pemberitaan pelepasan nyamuk Pelepasan nyamuk akan dilakukan di 21 RT di Kronggahan dan 18 RT di Nogotirto. Namun, pelepasan nyamuk di dua RT di Kronggahan dan empat RT di Nogotirto. Kebetulan lokasi kantor di Nogotirto, saya jadi penasaran tentang program ini. Nyamuk yang dilepaskan ialah nyamuk Aedes Aegypti dengan bakteri Wolbachia, Nyamuk ini yang menjadi vektor dari demam berdarah. 

Nah, sekarang apa sebenarnya apa bakteri wolbachia itu? Akhirnya setelah browsing saya mendapatkan jawabannya. Wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda. Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi), kematian pada hewan jantan, dan feminisasi (perubahan serangga jantan menjadi betina). Bakteri ini tergolong ke dalam gram negatif, berbentuk batang, dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh inangnya. Berdasarkan studi filogenomik, Wolbachia dikelompokkan menjadi 8 kelompok utama (A-H). Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam jaringan dan organ reproduksi hewan serta pada jaringan somatik. Inang yang terinfeksi dapat mengalami inkompatibilitas (ketidakserasian) sitoplasma, yaitu suatu fenomena penyebaran faktor sitoplasma yang umumnya dilakukan dengan membunuh progeni (keturunan) yang tidak membawa/mewarisi faktor tersebut. (Wikipedia, 2013)



Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Monash University, yang mencoba menyuntikkan bakteri Wolbachia ke dalam lebih dari 2.500 embrio Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit demam berdarah. Setelah mereka menetas, mereka diberi makanan darah yang sudah dicampur dengan virus dengue. Ternyata bakteri Wolbachia tidak menyebar ke lingkungan, akan tetapi diteruskan dari ibu ke anak melalui telurnya.


Apabila pasangan nyamuk jantan yang terinfeksi dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, akan membuat semua telur yang dihasilkan mati. Dan jika nyamuk betina terinfeksi Wolbachia, ketika mereka kawin dengan nyamuk jantan yang terinfeksi, telur yang menetas biasanya telah terinfeksi bakteri Wolbachia di dalamnya, sehingga bakteri Wolbachia akan ada dalam setiap generasi.

Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa bakteri Wolbachia dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh nyamuk dan melindungi dari virus seperti virus DBD. Dan bakteri Wolbachia bersaing dengan darah untuk makanan di dalam tubuh nyamuk, sehingga  virus dengue sulit untuk mereplikasi dan berkembang di dalam tubuh nyamuk.

Penelitian-penelitian tersebut menawarkan harapan agar penyakit DBD yang ditularkan oleh nyamuk vektor Aedes aegypti dapat dihentikan, meskipun di bawah kondisi laboratorium bahwa hal itu kemungkinan bisa diterapkan di lapangan. Semoga, penelitian ini akan berhasil memutus jalur persebaran demam berdarah di kemudian hari. Kita tunggu saja bagaimana tingkat keberhasilannya.

Kamis, 06 Februari 2014

Pengendalian Ekosistem Karts di Kabupaten Wonogiri

Pengendalian ekosistem Karst di Kabupaten Wonogiri pada November 2013 lalu di desa Paranggupito, perjalanan cukup melelahkan dengan medan yang "sesuatu" banget. 
Kunjungan ke lokasi pembibitan tanaman dengan perwakilan dari Kantor Lingkungan Hidup dengan Bapak Giono dan dari CV. Agri Luciana. Pertama-tama kami memeriksa bibit tanaman, bibit yang dipersiapkan antara lain sengon laut, jati, jeruk pamelo dan sukun. Lokasi pembibitan di CV. Agri Luciana yang tidak jauh dari CV. Lulus Tani di jalan Ponorogo - Wonogiri.


Selanjutnya dari lokasi pembibitan dilanjutkan ke lokasi penanaman di desa Paranggupito sekitar 1,5 jam dari lokasi pembibitan. Terjadi perbedaan cuaca disana, sebelum memasuki lokasi karst hujan cukup deras namun ketika sampai lokasi sama sekali kering kerontang dan panasnya cukup menyengat.


Memasuki wilayah desa mata saya terpukau karena melihat tamanan sayur dan buah-buahan yang bisa hidup subur diatas karang-karang, benar-benar Allah Maha Adil. Tidak hanya tanaman jati ada pepaya dan jeruk cukup banyak ditemui. Kami bertemu dengan kelompok tani yang akan diberikan bantuan tanaman dan pupuk. Melihat pupuk kompos dan TSP yang sudah dipersiapkan kemudian meninjau lokasi penanaman.

Spesifikasi tanaman antara lain: bibit tanaman Bibit sukun 1250 batang ketinggian 80 cm, daun minimal 3 batang, perakaran kompak, media polybag; bibit Jeruk Pamelo jumlah 1250 batang ketinggian 80 cm, daun minimal 3 batang, perakaran kompak, media polybag; Bibit Jati  jumlah 5000 batang ketinggian 70 cm, daun minimal 3 batang, perakaran kompak, media polybag; Bibit Sengon jumlah 5000 batang ketinggian 70 cm, daun minimal 3 batang, perakaran kompak, media polybag.

 Sebelum ditanam yang perlu dipersiapkan antara lain ajir, pupuk dan lubang tanaman, bersama kelompok Tani Sari Asih kami berkeliling lokasi.


Kunjungan ke lokasi penanaman di desa Paranggupito bersama kelompok Tani Sari Asih, bibit pohon belum bisa ditanaman karena pada lokasi tersebut belum turun hujan sehingga petani menolak untuk melakukan penanaman.





Perjalanan panjang sudah selesai,semoga bermanfaat :)